Indramayu,Posmetro.co.id – Kabupaten Indramayu telah ditetapkan sebagai percontohan nasional dalam pengembangan pertanian organik dengan luas 1.000 hektare, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian melalui penggunaan pupuk organik cair. Program ini didukung oleh Kementerian Pertanian RI dan dilaksanakan di Kabupaten Indramayu.
Pada Rabu (25/9/2024), para petani organik di Desa Ujung Pendok Jaya, Ujung Jaya, dan Ujungaris Kecamatan Widasari, serta Desa Taman Sari Kecamatan Lelea, melangsungkan panen perdana. Acara tersebut dihadiri oleh Penjabat Sementara (Pjs) Bupati Indramayu, Dedi Taufik Kurohman, beserta unsur pemerintahan.
Dedi Taufik Kurohman menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para petani yang berhasil membudidayakan padi organik sehingga produktivitas pertanian mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. “Potensi alam yang luar biasa ini harus kita syukuri bersama. Kerja sama antara lahan, petani, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan pemerintah harus terus diperkuat. Sinergi ini adalah kunci keberhasilan,” tegas Dedi.
Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, Sugeng Heriyanto, dalam sambutannya menyebut bahwa panen raya ini merupakan hasil nyata dari program pertanian organik seluas 1.000 hektare, yang berhasil meningkatkan produksi gabah hingga mencapai 13,7 ton per hektare gabah kering pungut dengan varietas padi Ciherang.
Sugeng menambahkan bahwa angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 50% dari hasil tahun sebelumnya yang mencapai 8-9 ton per hektare. Hal ini berkat kerja sama antara Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), Pemerintah Kabupaten Indramayu, dan formulator Aminosan Gold Nutrisi (AGN).
“Sejauh ini, total produksi padi mencapai 1,1 juta ton, dan pemerintah menargetkan untuk mencapai 1,6 hingga 1,7 juta ton pada
akhir tahun 2024. Modal utama dalam bertani adalah kebersamaan, kita harus saling mendukung dan bersinergi dengan pemerintah, bukan bersaing,” ujar Sugeng.
Ketua BSIP Jawa Barat, Rustam Massinai, dalam laporannya menyampaikan bahwa upaya menuju pertanian yang ramah lingkungan dan tanpa bahan kimia terus dilakukan. Saat ini, produksi padi dengan campuran kimia mencapai 6,7 ton, namun dengan pengurangan penggunaan urea, hasilnya bisa mencapai 9-10 ton per hektare. Rustam berharap, ke depan, penggunaan bahan kimia dapat sepenuhnya dihilangkan.
“Kami berharap di masa depan, penggunaan bahan kimia bisa sepenuhnya dihilangkan. Dengan semangat kebersamaan ini, kita akan terus maju,” pungkasnya.
Penulis : Dilla
Editor : Ahdyours