Tawuran Antar Etnis Masih Menjadi Masalah di Indonesia
Posmetro, 4 September 2024 — Tawuran antar pelajar dan mahasiswa masih menjadi masalah yang menghantui masyarakat Indonesia. Tawuran tidak hanya terjadi di tingkat sekolah, tetapi juga melibatkan mahasiswa, etnis, dan golongan yang berbeda. Sejak tahun 1970-an, fenomena ini telah menjadi bagian dari kehidupan di negara ini, dengan catatan perkelahian massal yang dilakukan oleh siswa dan mahasiswa yang terus terjadi.
Moesono dkk (1996) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemahaman tentang profil individu yang terlibat dalam tawuran sangat penting untuk memecahkan masalah ini. Dengan mengenali pelaku, kita dapat memahami motivasi yang mendasari tindakan mereka.
Perubahan Fisik dan Sosial Memicu Ketegangan Emosional pada Remaja
Ketegangan emosi yang meningkat pada remaja sering kali disebabkan oleh perubahan fisik dan hormonal. Tekanan sosial dan kondisi baru yang dihadapi oleh remaja juga berkontribusi pada ketidakmampuan mereka untuk mengendalikan emosi, yang pada akhirnya dapat memicu tindakan kekerasan seperti tawuran.
Hurlock (2004) menggambarkan masa remaja sebagai periode “badai dan tekanan,” di mana remaja sering kali mudah marah, mudah terangsang, dan cenderung emosional. Tanpa pengalaman untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, remaja sering kali gagal mengendalikan perasaan mereka, yang bisa berujung pada konflik fisik.
Tawuran di Salatiga: Antara Mahasiswa dan Etnis
Salatiga, Jawa Tengah — Di Salatiga, tawuran antar mahasiswa bukan lagi hal yang asing. Tawuran ini sering kali melibatkan etnis yang berbeda, yang memicu perkelahian antar kelompok etnis. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi beberapa kali tawuran yang menyebabkan perkelahian berkepanjangan dan menimbulkan dendam antar etnis serta individu yang terlibat.
Sebuah penelitian oleh Mayopu (2011) mengungkapkan bahwa mahasiswa dari etnis Kupang yang datang ke Salatiga untuk menimba ilmu sering kali terlibat dalam aktivitas negatif seperti tawuran. Karakter keras dan “kasar” yang dimiliki oleh mahasiswa etnis Kupang membuat mereka cenderung menyelesaikan konflik melalui kekerasan. Selain itu, sikap prososial sesama perantau memperkuat kesadaran keberpihakan pada kolektif etnis Kupang dalam menghadapi permasalahan.
Statistik Tawuran Antar Etnis di Salatiga (2008-2012)
Pengamatan dan pengalaman penulis dari tahun 2008 hingga 2012 menunjukkan bahwa intensi tawuran yang melibatkan mahasiswa etnis Kupang di Salatiga terjadi hampir setiap tahun. Konflik yang terjadi seringkali tidak memiliki penyelesaian yang jelas, sehingga memungkinkan konflik “dingin” terus berlangsung.
Pada tanggal 6 Oktober 2008, tawuran terjadi antara mahasiswa etnis Kupang dan etnis Ambon di samping Warnet BB Net – Kalimangka Salatiga. Konflik ini dipicu oleh masalah lama yang belum terselesaikan. Perkelahian antar individu tersebut meluas menjadi tawuran antar kelompok setelah beberapa rekan sesama etnis ikut terlibat.
Tawuran kembali terjadi pada tanggal 20 Juni 2009, kali ini juga melibatkan mahasiswa etnis Kupang dan etnis Ambon. Insiden ini dipicu oleh minuman keras dan masalah masa lalu yang belum terselesaikan, yang mengakibatkan penikaman terhadap mahasiswa etnis Ambon oleh mahasiswa etnis Kupang.
Kecerdasan Emosional dan Intensi Tawuran: Apakah Ada Hubungan?
Intensi, atau niat untuk melakukan suatu perilaku, memiliki kaitan erat dengan keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang. Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan intensi sebagai kemungkinan subjektif seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Penelitian oleh Alhamri (2012) menemukan bahwa remaja yang tidak memiliki kecerdasan emosional yang baik cenderung terlibat dalam tawuran. Kecerdasan emosional yang rendah membuat remaja lebih mudah terpengaruh oleh faktor eksternal dan internal, yang kemudian memicu tindakan kekerasan.
Berdasarkan fenomena ini, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi hubungan antara kecerdasan emosional dan intensi tawuran pada mahasiswa etnis Kupang di Salatiga. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana kecerdasan emosional mempengaruhi niat dan tindakan mahasiswa dalam situasi konflik, terutama yang melibatkan kelompok etnis.
Kesimpulan: Pentingnya Kecerdasan Emosional dalam Mengatasi Tawuran
Menurut Goleman (2006), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional dan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Dengan demikian, kecerdasan emosional memiliki peran penting dalam mencegah intensi terlibat tawuran, terutama di kalangan mahasiswa yang sering kali berada di bawah tekanan sosial yang tinggi.
Penulis : Nova Nurwilda
Editor : Ahdiyours