Posmetro.co.id 21/09/2024 – Perusahaan kontainer makanan asal Amerika Serikat, Tupperware, secara resmi mengajukan kebangkrutan berdasarkan Chapter 11 pada Selasa (17/9/2024). Sebelumnya, pada Agustus 2024, Tupperware telah meragukan kemampuannya untuk tetap bertahan dalam menjalankan operasional bisnisnya. Situasi ini terkesan ironis karena saat pandemi Covid-19, penjualan produk plastik kedap udara mereka justru meningkat akibat tingginya tren memasak di rumah. Namun, apa penyebab utama kebangkrutan ini?
Kepala Eksekutif Tupperware, Laurie Goldman, menjelaskan bahwa kerugian perusahaan terjadi akibat penurunan penjualan. Meskipun sempat meningkat selama pandemi, permintaan untuk produk wadah makan Tupperware terus merosot. Selain itu, perusahaan juga tertekan oleh kenaikan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku, seperti resin plastik, setelah pandemi. “Selama beberapa tahun terakhir, kondisi keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh tantangan ekonomi makro,” kata Goldman.
Tupperware telah berusaha memulihkan bisnisnya selama beberapa tahun, namun terus mencatatkan penurunan penjualan dalam beberapa kuartal terakhir. Dilaporkan oleh CNN, pada April 2023, perusahaan telah mengajukan kemungkinan kebangkrutan. Saat itu, Tupperware juga mengakui bahwa mereka tidak dapat terus mendanai operasionalnya kecuali menemukan sumber pendapatan tambahan. Pada tahun 2024, perusahaan ini menutup pabrik satu-satunya di South Carolina, menyebabkan 148 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Saham Tupperware juga turun tajam sebanyak 74,5 persen pada tahun 2024, dengan harga terakhir hanya 51 sen.